BIOLOGI
Laporan
Pengamatan Terhadap Jangkrik
Guru Mapel : Geniung Pratidinata S.pd
Disusun
oleh :
Lutfi Adina
Rizki
X IPA 4
SMA PONDOK
MODERN SELAMAT
Tahun Ajaran
2013/2014
Puji
syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas ini. Penulisan laporan ini adalah salah satu usaha
saya untuk memenuhi kriteria penilaian.
Dalam
penulisan laporan pengamatan ini, mohon maaf bila saya masih banyak kekurangan.
Untuk itu, saya sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran.
Saya mau
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Shintia, Ibu Ina dan semua pihak yang telah
membantu hingga laporan ini terselesaikan.
Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
A.
Dokumentasi Jangkrik
B. KLASIFIKASI
JANGKRIK
Jangkrik
merupakan serangga lompat yang termasuk dalam family Gryllidae. Ada sekitar
seribu spesies jangkrik yang hidup terutama di daerah tropis. Banyak juga
spesies yang hidup di daerah yang beriklim sedang yaitu, dengan suhu
26-33derajat C dan kelembaban 75-80%.
Usaha budidaya
jangkrik di Negara kita sangat didukung oleh iklim, cuaca, ketersediaan lahan
ataupun jenis jangkrik yang ada di sekitar kita. Usaha budidaya ini dilakukan
untuk menghindari kelangkaan dan kepunahan akibat perburuan yang intensif dan
habitat jangkrik yang semakin terdsak oleh modernisasi atau perluasan daerah
perkotaan serta dampak penggunaan pestisida. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan jangkrik sebagai pakan hewan piaraan, maka sudah saatnya serangga ini
dibudidayakan secara lebih intensif dan kontinyu, sehingga dapat memenuhi
permintaan pasar.
Gambar 1.
Jangkrik (Gryllus sp.)
Jangkrik
merupakan jenis insekta yang hidup di semak-semak rerumputan pekarangan.
jangkrik dikelompokkan dalam :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Klas
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Sub
Ordo : Ensifera
Famili
: Gryllidae
Sub
Famili : Gryllinae
Genus
: Gryllids
Spesies : Gryllus mitratus (Jangkrik
celiring)
Gryllus testacius (Jangkrik cendawang)
Gryllus
bimaculatus de geex
(Jangkrik kalung)
Sumber
: Jannah. 2000
Menurut
Paimin et al. (1999), jangkrik-jangkrik yang hidup dan berkembang biak
di Indonesia sebanyak sekitar 123 jenis, dan belum diketahui dengan pasti asal
usul bangsanya, karena belum terklarifikasi dengan baik da nada yang hanya nama
daerahnya. Jangkrik jawa Gryllus bimaculatus atau kalung (karena pangkal
sayap luarnya bergaris kuning menyerupai kalung) memiliki panjang tubuh (dari
kepala hingga ujung perut) kurang lebih 2-3 cm. warna tubuh bervariasi, tetapi
pada umumnya coklat kehitaman dan hitam. Ras yang mempunyai sayap dan tubuhnya
berwarna kuning kemerah-merahan disebut jerabang dan yang hitam legam disebut
jeliteng, yang ukurannya bisa sampai 5 cm. jenis Gryllus bimaculatus ini
umumnya dimanfaatkan untuk pakan burung, ikan dan aduan karena agresivitas dan
kerikannya yang nyaring (Suseno, 1999).
C. Habitat
Jangkrik
Jangkrik
dapat ditemui hampIr di seluruh Indonesia, tetapi lebih banyak ditemukan di
daerah yang kering yang bersuhu 20-30derajat C dan kelembaban 65-80%, tanahnya
gembur atau berpasir dan tersedia banyak tumbuhan semak belukar. Jangkrik hidup
bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan
tanah.
Jangkrik
yang termasuk family Gryllidae ada sekitar 1000 jenis jangkrik. Kelompok ini
terutama hidup di daerah tropis. Jenis jangkrik yang paling umum dikenal
masyarakat adalah jangkrik kalung atau Gryllus bimaculatus. Di alam bebas
bentuk dewasa jangkrik kalung hanya bisa ditemukan pada musim-musim tertentu
kira-kira bertepatan dengan musim bunga Eulolia amaura (rumput lamuran),
karena mempunyai hubungan yang erat (jangkrik jantan yang digelitik dengan
bunga tersebut akan marah, lalu diadu dengan jantan lain).
Jangkrik
lokan jenis bimaculatus ini ditemukan secara soliter di kebun tembakau, kacang,
mentimun, di tanah kemerahan yang berpasir. Memasuki musim kemarau jangkrik
hijrah mendekati sumber-sumber perairan, seperti di rumput kaso atau ilalang di
pinggir sungai (Karjono. 1999). Pada siang hari, jangkrik kalung bersembunyi di
bawah batu-batuan, reruntuhan pohon atau dalam tanah. Pada malam hari jangkrik
berkeliaran mencari makanan dan pasangan.
D.
Morfologi
Jangkrik
Tubuh jangkrik mempunyai rangka luar
dari bahan kitin yang disebut eksoskeleton. Jangkrik bersayap dua pasang,
sepasang sayap depan dan sepasang sayap belakang, namun ada juga jenis jangkrik
yang tidak bersayap, meskipun demikian jangkrik yang diternakkan pada umumnya
mempunyai sayap jika telah dewasa (imago). Sayap depan diistilahkan dengan nama
tegmina, yaitu sayap yang berbentuk seperti kertas perkamen dengan venasi atau
alur-alur pembuluh darah yang sangat kompleks pada sayap. Tubuh jangkrik dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen
(perut).
Pada kepala jangkrik terdapat sepasang antena, mata majemuk, mata oseli, labrum (bibir atas), labium (bibir bawah), mandibula (gigi), dan alat tambahan lain yang berfungsi sebagai lidah yaitu palpus maksilaris dan palpus labialis. Di dalam kepala jangkrik terdapat otak yang terdiri atas otak depan, otak tengah, dan otak belakang dengan fungsi masing-masing yang berbeda, namun semuanya berkaitan dengan sistem indera dan hormon yang ada pada tubuh jangkrik.
Pada kepala jangkrik terdapat sepasang antena, mata majemuk, mata oseli, labrum (bibir atas), labium (bibir bawah), mandibula (gigi), dan alat tambahan lain yang berfungsi sebagai lidah yaitu palpus maksilaris dan palpus labialis. Di dalam kepala jangkrik terdapat otak yang terdiri atas otak depan, otak tengah, dan otak belakang dengan fungsi masing-masing yang berbeda, namun semuanya berkaitan dengan sistem indera dan hormon yang ada pada tubuh jangkrik.
Antena digunakan sebagai sensor rasa
dan bau (chemoreceptor), mata majemuk digunakan sebagai sensor cahaya
(chromoreceptor) untuk melihat bentuk dan warna, sedangkan mata tunggal
digunakan untuk membedakan intensitas cahaya.
Bagian toraks terdapat alat-alat gerak yang berupa dua pasang sayap, tiga pasang kaki, dan terdapat pronotum yang keras, menutup bagian dorsal hingga lateral toraks.
Bagian toraks terdapat alat-alat gerak yang berupa dua pasang sayap, tiga pasang kaki, dan terdapat pronotum yang keras, menutup bagian dorsal hingga lateral toraks.
Sayap depan (tegmina) jangkrik
jantan berbentuk gelombang, yaitu permukaannya tidak rata dapat memproduksi
suara dengan cara menggesekkan antar sayap depan tersebut.
Suara yang diproduksi digunakan
sebagai alat komunikasi antar jangkrik (auditory organ), mekanisme penghasil
suara pada serangga yang digunakan sebagai sarana komunikasi disebut dengan
istilah striduiatory mechanism.
Jangkrik jantan memproduksi suara
untuk berbagai kepentingan, diantaranya adalah untuk: Menandai wilayah teritorialnya.
Bersenandung untuk mencari pasangan
(mencari betina).
Menunjukkan jika sedang marah dan
siap berkelahi.
Masing-masing suara dalam berbagai
kepentingan tersebut mempunyai panjang suara dan intonasi yang berbeda.
Sayap depan (tegmina) jangkrik betina relatif lebih rata dengan venasi yang teratur nyaris tidak bergelombang, sehingga jangkrik betina tidak dapat menghasilkan suara
Sayap belakang jangkrik berupa membran halus yang pada kondisi istirahat terlipat secara rapih di bawah sayap depan dan akan terbentang lebar ketika digunakan untuk terbang. Selain sayap, organ lokomotor/penggerak pada jangkrik adalah kaki. Kaki jangkrik seperti kaki serangga pada umumnya yaitu terdiri atas koksa, trokanter, femur, tibia, dan tarsus.
Tympanum jangkrik terletak pada bagian posterior basal tibia kaki depan (Gambar 6). Tympanum adalah membran yang berfungsi sebagai telinga yang mampu menerima rangsang suara. Oleh karena itu tibia kaki depan jangkrik betina berperan dalam keberhasilan proses perkawinan.
Sayap depan (tegmina) jangkrik betina relatif lebih rata dengan venasi yang teratur nyaris tidak bergelombang, sehingga jangkrik betina tidak dapat menghasilkan suara
Sayap belakang jangkrik berupa membran halus yang pada kondisi istirahat terlipat secara rapih di bawah sayap depan dan akan terbentang lebar ketika digunakan untuk terbang. Selain sayap, organ lokomotor/penggerak pada jangkrik adalah kaki. Kaki jangkrik seperti kaki serangga pada umumnya yaitu terdiri atas koksa, trokanter, femur, tibia, dan tarsus.
Tympanum jangkrik terletak pada bagian posterior basal tibia kaki depan (Gambar 6). Tympanum adalah membran yang berfungsi sebagai telinga yang mampu menerima rangsang suara. Oleh karena itu tibia kaki depan jangkrik betina berperan dalam keberhasilan proses perkawinan.
Kaki depan jangkrik selain berfungsi
untuk telinga juga digunakan untuk berjalan, demikian juga dengan kaki
tengahnya. Kaki belakangnya selain digunakan untuk berjalan juga berfungsi
untuk melompat, baik untuk mengawali penerbangan maupun untuk mencapai tempat
lain dalam jarak yang cukup jauh. Tipe kaki untuk melompat ini disebut dengan
istilah saltatohal.
Abdomen merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen jangkrik terdiri atas 9 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang mengeras disebut terga sedangkan bagian ventral yang mengeras disebut sterna dan membran yang menghubungkan antara terga dan sterna disebut pleura
Alat penceranaan jangkrik terdiri atas usus depan untuk peng-hancuran makanan, usus tengah untuk penyerapan sari makanan, dan usus belakang untuk pengeluaran sisa-sisa makanan.
Alat reproduksi pada jangkrik jantan adalah aedeagus dan pada jangkrik betina adalah ovipositor. Aedeagus pada jangkrik jantan tidak terlihat karena berada di dalam tubuh, sedangkan ovipositor pada jangkrik betina terlihat jelas seperti bentuk jarum yang ujungnya seperti tombak dan berfungsi untuk meletakkan telur.
Abdomen merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen jangkrik terdiri atas 9 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang mengeras disebut terga sedangkan bagian ventral yang mengeras disebut sterna dan membran yang menghubungkan antara terga dan sterna disebut pleura
Alat penceranaan jangkrik terdiri atas usus depan untuk peng-hancuran makanan, usus tengah untuk penyerapan sari makanan, dan usus belakang untuk pengeluaran sisa-sisa makanan.
Alat reproduksi pada jangkrik jantan adalah aedeagus dan pada jangkrik betina adalah ovipositor. Aedeagus pada jangkrik jantan tidak terlihat karena berada di dalam tubuh, sedangkan ovipositor pada jangkrik betina terlihat jelas seperti bentuk jarum yang ujungnya seperti tombak dan berfungsi untuk meletakkan telur.
E.
Tingkah laku
Jangkrik dikenal
sebagai binatang malam yang mencari makan dan pasangan kawinnya pada malam hari.
Segala aktivitas hidupnya dilakukan pada malam hari seperti makan, mengerik dan
kawin. Pada siang hari, jangkrik akan bersembunyi di balik batu, kayu kering
yang tumbang, lubang, dedaunan kering, sampah sayuran atau serasah. Habitatnya tersebut
harus lembab. Di tanah, biasanya jangkrik akan bersembunyi pada tanah gembur
dan lembab seperti sawah atau perkebunan. Namun, terkadang jangkrik juga dapat
ditemukan di dalam rumah.
Jangkrik lebih
suka melompat daripada berjalan dengan kakinya dan bersembunyi di tempat yang
dirasakan aman baginya untuk menghindar dari bahaya. Gerakan lompatnya tidak
teratur sehingga terkesan seperti orang yang sedang bingung. Hewan ini tidak
suka terbang walaupun memilki sayap.
Untuk mencari pasangan kawin dan menarik perhatian
jangkrik betina, biasanya jangkrik jantan akan bersuara. Saat musin kawin,
jangkrik jantan tidak henti-hentinya mengeluarkan suara, sedangkan jangkrik
betina tidak mengeluarkan suara nyanyian seperti yang dilakukan jangkrik
jantan. Walaupun disebut binatang malam, jangkrik terkadang akan bersuara pada
siang hari.
Setelah melakukan perkawinan, jangkrik betina akan
bertelur. Telur biasanya diletakkan induknya di bawah permukaan tanah, di bawah
kulit kayu, atau lekukan ranting. Telur diletakkan dengan alat di bawah ekornya
yang disebut ovipositor. Ovipositor ini tampak seperti jarum.
Jangkrik tergolong hewan pemakan tumbuhan (herbivora).
Pada umumnya, jangkrik memakan dedaunan, sayuran, dan buah-buahanyang banyak
mengandung air. Ini disebabkan jangkrik tidak minum seperti kebanyakan hewwan. Makanan
tersebut antara lain krokot, kol, bayamm, daun singkong, wortel dan daun jagung
muda.
Walaupun jangkrik
tergolong pemakan tumbuhan, ia pun juga memiliki sifat kanibal. Sifat kanibal
ini muncul kalau maknanan yang tersedia di alam sudah mulai menipi s atau
berkurang. Dengan sifatnya tersebut, jangkrik akan memangsa sesamanya yang
lebih lemah.
F. Alat Pernapasan
Pernapasan pada
jangkrik dilakukan dengan menggunakan sistem trakea. Udara keluar dan masuk
tidak melalui mulut melainkan melalui lubang-lubang sepanjang kedua sisi
tubuhnya. Lubang-lubang pernapasan tersebut dinamakan stigma dan spirakel.
Pada masing-masing ruas tubuh terdapat sepasang stigma, sebuah di sebelah
kiri dan sebuah lagi di sebelah kanan. Stigma selalu terbuka dan merupakan
lubang menuju ke pembuluh trakea. Trakea bercabang-cabang sampai ke pembuluh
halus yang mencapai seluruh bagian tubuh. Udara masuk melalui stigma, kemudian
menyebar mengikutu trakea dengan cabang-cabangnya. Jadi oksigen diedarkan tidak
melalui darah melainkan langsung dari pembuluh trakea ke sel-sel yang ada
disekitarnya. Dengan demikian cairan tubuh jangkrik (darah jangkrik) tidak
berfungsi mengangkut udara pernapasan tetapi hanya berfungsi mengedarkan
sari-sari makanan dan hormon.
Proses pernapasan
jangkrik terjadi karena otot-otot yang bergrak secara teratur. Kontraksi otot-otot
tubuh mengakibat
Proses pernafasan
serangga terjadi karena otot – otot yang bergerak secara teratur. Kontraksi
otot – otot tubuh mengakibatkan pembuluh trakea mengembang dan mengempis,
sehing udara keluar dan masuk melalui stigma. Pada saat trakea mengembang,
udara masuk melalui stigma, selanjutnya masuk ke dalam trakea, lalu ke dalam
trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel – sel tubuh. O2 berdifusi ke dalam
sel – sel tubuh. CO2 hasil pernafaasan dikeluarkan melalui sistem trakea yang
akhirnya dikeluarkan melalui stigma pada waktu trakea mengempis.
