Senin, 14 April 2014




BIOLOGI
Laporan Pengamatan Terhadap Jangkrik

Guru Mapel : Geniung Pratidinata S.pd
Disusun oleh :
Lutfi Adina Rizki
X IPA 4

SMA PONDOK MODERN SELAMAT
Tahun Ajaran
2013/2014





Kata Pengantar
            Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini. Penulisan laporan ini adalah salah satu usaha saya untuk memenuhi kriteria penilaian.
            Dalam penulisan laporan pengamatan ini, mohon maaf bila saya masih banyak kekurangan. Untuk itu, saya sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran.
            Saya mau mengucapkan terima kasih kepada Ibu Shintia, Ibu Ina dan semua pihak yang telah membantu hingga laporan ini terselesaikan.
                Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan



A.      Dokumentasi Jangkrik


B.     KLASIFIKASI JANGKRIK
Jangkrik merupakan serangga lompat yang termasuk dalam family Gryllidae. Ada sekitar seribu spesies jangkrik yang hidup terutama di daerah tropis. Banyak juga spesies yang hidup di daerah yang beriklim sedang yaitu, dengan suhu 26-33derajat C dan kelembaban 75-80%.
Usaha budidaya jangkrik di Negara kita sangat didukung oleh iklim, cuaca, ketersediaan lahan ataupun jenis jangkrik yang ada di sekitar kita. Usaha budidaya ini dilakukan untuk menghindari kelangkaan dan kepunahan akibat perburuan yang intensif dan habitat jangkrik yang semakin terdsak oleh modernisasi atau perluasan daerah perkotaan serta dampak penggunaan pestisida. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan jangkrik sebagai pakan hewan piaraan, maka sudah saatnya serangga ini dibudidayakan secara lebih intensif dan kontinyu, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

Gambar 1. Jangkrik (Gryllus sp.)
Jangkrik merupakan jenis insekta yang hidup di semak-semak rerumputan pekarangan.
jangkrik dikelompokkan dalam :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Klas                 : Insecta
Ordo                : Orthoptera
Sub Ordo         : Ensifera
Famili              : Gryllidae
Sub Famili       : Gryllinae
Genus              : Gryllids
Spesies            : Gryllus mitratus (Jangkrik celiring)
  Gryllus testacius (Jangkrik cendawang)
  Gryllus bimaculatus de geex (Jangkrik kalung)
Sumber            : Jannah. 2000
Menurut Paimin et al. (1999), jangkrik-jangkrik yang hidup dan berkembang biak di Indonesia sebanyak sekitar 123 jenis, dan belum diketahui dengan pasti asal usul bangsanya, karena belum terklarifikasi dengan baik da nada yang hanya nama daerahnya. Jangkrik jawa Gryllus bimaculatus atau kalung (karena pangkal sayap luarnya bergaris kuning menyerupai kalung) memiliki panjang tubuh (dari kepala hingga ujung perut) kurang lebih 2-3 cm. warna tubuh bervariasi, tetapi pada umumnya coklat kehitaman dan hitam. Ras yang mempunyai sayap dan tubuhnya berwarna kuning kemerah-merahan disebut jerabang dan yang hitam legam disebut jeliteng, yang ukurannya bisa sampai 5 cm. jenis Gryllus bimaculatus ini umumnya dimanfaatkan untuk pakan burung, ikan dan aduan karena agresivitas dan kerikannya yang nyaring (Suseno, 1999).



C.    Habitat Jangkrik

Jangkrik dapat ditemui hampIr di seluruh Indonesia, tetapi lebih banyak ditemukan di daerah yang kering yang bersuhu 20-30derajat C dan kelembaban 65-80%, tanahnya gembur atau berpasir dan tersedia banyak tumbuhan semak belukar. Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan tanah.
Jangkrik yang termasuk family Gryllidae ada sekitar 1000 jenis jangkrik. Kelompok ini terutama hidup di daerah tropis. Jenis jangkrik yang paling umum dikenal masyarakat adalah jangkrik kalung atau Gryllus bimaculatus. Di alam bebas bentuk dewasa jangkrik kalung hanya bisa ditemukan pada musim-musim tertentu kira-kira bertepatan dengan musim bunga Eulolia amaura (rumput lamuran), karena mempunyai hubungan yang erat (jangkrik jantan yang digelitik dengan bunga tersebut akan marah, lalu diadu dengan jantan lain).
Jangkrik lokan jenis bimaculatus ini ditemukan secara soliter di kebun tembakau, kacang, mentimun, di tanah kemerahan yang berpasir. Memasuki musim kemarau jangkrik hijrah mendekati sumber-sumber perairan, seperti di rumput kaso atau ilalang di pinggir sungai (Karjono. 1999). Pada siang hari, jangkrik kalung bersembunyi di bawah batu-batuan, reruntuhan pohon atau dalam tanah. Pada malam hari jangkrik berkeliaran mencari makanan dan pasangan.


D.    Morfologi Jangkrik
Tubuh jangkrik mempunyai rangka luar dari bahan kitin yang disebut eksoskeleton. Jangkrik bersayap dua pasang, sepasang sayap depan dan sepasang sayap belakang, namun ada juga jenis jangkrik yang tidak bersayap, meskipun demikian jangkrik yang diternakkan pada umumnya mempunyai sayap jika telah dewasa (imago). Sayap depan diistilahkan dengan nama tegmina, yaitu sayap yang berbentuk seperti kertas perkamen dengan venasi atau alur-alur pembuluh darah yang sangat kompleks pada sayap. Tubuh jangkrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut).

Pada kepala jangkrik terdapat sepasang antena, mata majemuk, mata oseli, labrum (bibir atas), labium (bibir bawah), mandibula (gigi), dan alat tambahan lain yang berfungsi sebagai lidah yaitu palpus maksilaris dan palpus labialis. Di dalam kepala jangkrik terdapat otak yang terdiri atas otak depan, otak tengah, dan otak belakang dengan fungsi masing-masing yang berbeda, namun semuanya berkaitan dengan sistem indera dan hormon yang ada pada tubuh jangkrik.

Antena digunakan sebagai sensor rasa dan bau (chemoreceptor), mata majemuk digunakan sebagai sensor cahaya (chromoreceptor) untuk melihat bentuk dan warna, sedangkan mata tunggal digunakan untuk membedakan intensitas cahaya.

Bagian toraks terdapat alat-alat gerak yang berupa dua pasang sayap, tiga pasang kaki, dan terdapat pronotum yang keras, menutup bagian dorsal hingga lateral toraks.


Sayap depan (tegmina) jangkrik jantan berbentuk gelombang, yaitu permukaannya tidak rata dapat memproduksi suara dengan cara menggesekkan antar sayap depan tersebut.


Suara yang diproduksi digunakan sebagai alat komunikasi antar jangkrik (auditory organ), mekanisme penghasil suara pada serangga yang digunakan sebagai sarana komunikasi disebut dengan istilah striduiatory mechanism.

Jangkrik jantan memproduksi suara untuk berbagai kepentingan, diantaranya adalah untuk: Menandai wilayah teritorialnya.
Bersenandung untuk mencari pasangan (mencari betina).
Menunjukkan jika sedang marah dan siap berkelahi.

Masing-masing suara dalam berbagai kepentingan tersebut mempunyai panjang suara dan intonasi yang berbeda.

Sayap depan (tegmina) jangkrik betina relatif lebih rata dengan venasi yang teratur nyaris tidak bergelombang, sehingga jangkrik betina tidak dapat menghasilkan suara

Sayap belakang jangkrik berupa membran halus yang pada kondisi istirahat terlipat secara rapih di bawah sayap depan dan akan terbentang lebar ketika digunakan untuk terbang. Selain sayap, organ lokomotor/penggerak pada jangkrik adalah kaki. Kaki jangkrik seperti kaki serangga pada umumnya yaitu terdiri atas koksa, trokanter, femur, tibia, dan tarsus.

Tympanum jangkrik terletak pada bagian posterior basal tibia kaki depan (Gambar 6). Tympanum adalah membran yang berfungsi sebagai telinga yang mampu menerima rangsang suara. Oleh karena itu tibia kaki depan jangkrik betina berperan dalam keberhasilan proses perkawinan.

Kaki depan jangkrik selain berfungsi untuk telinga juga di­gunakan untuk berjalan, demikian juga dengan kaki tengahnya. Kaki belakangnya selain digunakan untuk berjalan juga berfung­si untuk melompat, baik untuk mengawali penerbangan maupun untuk mencapai tempat lain dalam jarak yang cukup jauh. Tipe kaki untuk melompat ini disebut dengan istilah saltatohal.

Abdomen merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen jangkrik terdiri atas 9 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang mengeras disebut terga sedangkan bagian ventral yang mengeras disebut sterna dan membran yang menghubungkan antara terga dan sterna disebut pleura

Alat penceranaan jangkrik terdiri atas usus depan untuk peng-hancuran makanan, usus tengah untuk penyerapan sari makanan, dan usus belakang untuk pengeluaran sisa-sisa makanan.

Alat reproduksi pada jangkrik jantan adalah aedeagus dan pada jangkrik betina adalah ovipositor. Aedeagus pada jangkrik jantan tidak terlihat karena berada di dalam tubuh, sedangkan ovipositor pada jangkrik betina terlihat jelas seperti bentuk jarum yang ujungnya seperti tombak dan berfungsi untuk meletakkan telur.



E.     Tingkah laku
Jangkrik dikenal sebagai binatang malam yang mencari makan dan pasangan kawinnya pada malam hari. Segala aktivitas hidupnya dilakukan pada malam hari seperti makan, mengerik dan kawin. Pada siang hari, jangkrik akan bersembunyi di balik batu, kayu kering yang tumbang, lubang, dedaunan kering, sampah sayuran atau serasah. Habitatnya tersebut harus lembab. Di tanah, biasanya jangkrik akan bersembunyi pada tanah gembur dan lembab seperti sawah atau perkebunan. Namun, terkadang jangkrik juga dapat ditemukan di dalam rumah.
Jangkrik lebih suka melompat daripada berjalan dengan kakinya dan bersembunyi di tempat yang dirasakan aman baginya untuk menghindar dari bahaya. Gerakan lompatnya tidak teratur sehingga terkesan seperti orang yang sedang bingung. Hewan ini tidak suka terbang walaupun memilki sayap.
Untuk mencari pasangan kawin dan menarik perhatian jangkrik betina, biasanya jangkrik jantan akan bersuara. Saat musin kawin, jangkrik jantan tidak henti-hentinya mengeluarkan suara, sedangkan jangkrik betina tidak mengeluarkan suara nyanyian seperti yang dilakukan jangkrik jantan. Walaupun disebut binatang malam, jangkrik terkadang akan bersuara pada siang hari.
Setelah melakukan perkawinan, jangkrik betina akan bertelur. Telur biasanya diletakkan induknya di bawah permukaan tanah, di bawah kulit kayu, atau lekukan ranting. Telur diletakkan dengan alat di bawah ekornya yang disebut ovipositor. Ovipositor ini tampak seperti jarum.
Jangkrik tergolong hewan pemakan tumbuhan (herbivora). Pada umumnya, jangkrik memakan dedaunan, sayuran, dan buah-buahanyang banyak mengandung air. Ini disebabkan jangkrik tidak minum seperti kebanyakan hewwan. Makanan tersebut antara lain krokot, kol, bayamm, daun singkong, wortel dan daun jagung muda.
Walaupun jangkrik tergolong pemakan tumbuhan, ia pun juga memiliki sifat kanibal. Sifat kanibal ini muncul kalau maknanan yang tersedia di alam sudah mulai menipi s atau berkurang. Dengan sifatnya tersebut, jangkrik akan memangsa sesamanya yang lebih lemah.

F.     Alat Pernapasan
Pernapasan pada jangkrik dilakukan dengan menggunakan sistem trakea. Udara keluar dan masuk tidak melalui mulut melainkan melalui lubang-lubang sepanjang kedua sisi tubuhnya. Lubang-lubang pernapasan tersebut dinamakan stigma dan spirakel. Pada masing-masing ruas tubuh terdapat sepasang stigma, sebuah di sebelah kiri dan sebuah lagi di sebelah kanan. Stigma selalu terbuka dan merupakan lubang menuju ke pembuluh trakea. Trakea bercabang-cabang sampai ke pembuluh halus yang mencapai seluruh bagian tubuh. Udara masuk melalui stigma, kemudian menyebar mengikutu trakea dengan cabang-cabangnya. Jadi oksigen diedarkan tidak melalui darah melainkan langsung dari pembuluh trakea ke sel-sel yang ada disekitarnya. Dengan demikian cairan tubuh jangkrik (darah jangkrik) tidak berfungsi mengangkut udara pernapasan tetapi hanya berfungsi mengedarkan sari-sari makanan dan hormon.
Proses pernapasan jangkrik terjadi karena otot-otot yang bergrak secara teratur. Kontraksi otot-otot tubuh mengakibat
Proses pernafasan serangga terjadi karena otot – otot yang bergerak secara teratur. Kontraksi otot – otot tubuh mengakibatkan pembuluh trakea mengembang dan mengempis, sehing udara keluar dan masuk melalui stigma. Pada saat trakea mengembang, udara masuk melalui stigma, selanjutnya masuk ke dalam trakea, lalu ke dalam trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel – sel tubuh. O2 berdifusi ke dalam sel – sel tubuh. CO2 hasil pernafaasan dikeluarkan melalui sistem trakea yang akhirnya dikeluarkan melalui stigma pada waktu trakea mengempis.